Setelah membicarakan metode untuk mengetahui tentang
kompetensi yang dimiliki seseorang, saat ini kita akan membahas tentang apa itu
kompetensi.
Menurut Mitrani, Palziel and Fitt (1992:112),konsep kompetensi
bukanlah hal baru. Organisasi industri psikologi Amerika, pergerakan tentang
kompetensi telah dimulai pada tahun 1960 dan awal 1970. Menurut gerakan
tersebut, banyak hasil studi yang menunjukan bahwa hasil test sikap dan
pengetahuan, prestasi belajar di sekolah dan diploma tidak dapat memprediksikan
kinerja atau keberhasilan dalam kehidupan.unsur-unsur tersebut sering
menimbulkan bias terhadap minoritas, wanita, dan orang yang berasal dari strata
sosioekonomi yang rendah. Temuan tersebut telah mendorong dilakukan penelitian
terhadap variabel kompetensi yang diduga meprediksikan individu dan tidak bias karena
faktor rasial, jender dan sosio ekonomi. Oleh sebab itu beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Membandingkan individu yang secara jelas berhasil didalam
pekerjaanya dengan individu yang tidak berhasil
2. Mengidentifikasikan pola fikir dan perilaku individu yang
berhasil.
Semua jenis kompetensi yang bersifat non-akademik seperti
kemampuan menghasilkan ide-ide yang inovatif, management skill, kecepatan
mempelajari jaringan kerja. Berhasil memprediksi kinerja individu dalam
pekerjaannya. Menurut Clark (1997a:297), Competensy is a knowladge or know how
for doing a effective job.
Sementara itu menurut Davis (1999:299) : Competency is a
capability perspective and people knowledge, especialy to impact on ability for
need in a business via minimize cost and optimalization services to customer
more for less.
Menurut Mitrani, Palziel and fitt, (1992), Spencer &
Spencer, (1993), competency define as people based characteristic and
implication on job effetiveness. Kompetensi dapat dibagi atas dua (2) kategori
yaitu “threshold” dan “differentiating” menurut kinerja yang digunakan
memprediksikan kinerja suatu pekerjaan. (Spencer and Spencer, 1993) yaitu :
1. Threshold competencies adalah karakteristik utama (biasanya
pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca) yang harus
dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya.
2. Differentiting competencies adalah faktor-faktor yang
membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah.
Terkait dengan peran strategis sumber daya manusia, kompetensi
dilakukan dengan pemahaman organisasi tentang peran sumber daya manusia yang
semula people issues menjadi people related business issues.
Menurut Schuller, Walker (1990) people issues didefinisikan
sebagai isu bisnis yang hanya dikaitkan dengan orang bisnis saja, (business
competence is only business people), sebagai impilikasi kompetensi karyawan
atau eksekutif sumber daya manusia cenderung kurang diakui, maka pemahaman
tersebut berubah menjadi people relatede business issues (business competence
is for every business people in the organization included human resources
management people or executives). People related business issues disefinisikan
sebagai persoalan bisnis yang selalu dikaitkan dengan peran serta aktif sumber
daya manusia. Isu ini berkembanga oleh karena adanya tendensi seperti : people,
service and profit, 100% customer service, challenge and opportunities, now lay
off, guaranted for treatment, survey or feed back or action, promote for work,
profitsharing and open door policy.
Tendensi-tendensi ini memiliki implikasi yang menuntut
konstribusi aktif semua pihak, yang ada dalam organisasi, terutama karyawan
sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia akan semakin dihargai terutama
dalam hal kompetensi sumber daya manusia, untuk pengelolaan bisnis.
Pengahargaan terhadap kompetensi sumber daya manusia diperlukan karena akan
mempengaruhi keefektifitasan kegiatan bisnis, the reward of human resources
competency will impact on business activity effectiveness (Schuller dan
Jackson, 1996). Sumber daya manusia yang dihargai akan bekerja dengan sepenuh
hati untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi.
Hart (1999:368) menemukan 15 unsur dalam kompetensi para
pegawai, yaitu:
1. The performance orientation (Orientasi pencapaian prestasi)
2. The analitical thinking (Pemikiran analitis)
3. To have ability in a uncertainty condition (Memiliki
kemampuan dalam berhadapan dengan kondisi serba tidak pasti)
4. Decision Making (Pengambilan keputusan)
5. Leadership (Kepemimpinan)
6. Networking (Kerja jejaring)
7. Verbal Communication (Komunikasi lisan)
8. Self Stimuli and Inisiative (Dorongan pribadi dan
inisiatif)
9. Kemampuan untuk membujuk
10. Perencanaan dan pengorganisasian
11. Kepedulian terhadap hal-hal yang bersifat politik
12. Kesadaran terhadap diri sendiri dan pengembangan diri
13. Kerja kelompok
14. Tingkatan pengetahuan dn keterampilan yang dimiliki
15. Komunikasi tertulis
Penelitian yang dilakukan oleh Gronroos dkk pada tahun 1990
dalam (Johnson, 1995:55a) menunjukan bahwa setidaknya terdapat 6 kriteria yang
dipergunakan untuk mengukur tingkatan kualitas atas suatu pelayanan,
masing-masing yaitu :
1. Profesionalisme dan keterampilan pegawai
2. Sikap dan perilaku
3. Aksesabilitas dan kelenturan
4. Kehandalan dan kepercayaan
5. Pemulihan atau recovery
6. Reputasi dan kredibilitas
Sementara itu, dari penelitian Mac Lean (1996:24) berhasil
menemukan 4 dimensi kompetensi pribadi yang menjadi prasyarat bagi keberhasilan
suatu entitas bisnis, yaitu :
1. Perencanaan secara optimal menyangkut kebutuhan untuk
berprestasi dan penyusunan skala prioritas.
2. Melakukan pengelolaan tim kerja
3. Melakukan pengelolaan diri sendiri
4. Menggunakan kemampuan intelektual yang ada untuk melakukan
pengambilan keputusan.
Kompetensi terlihat dan tersembunyi, mengilustrasikan bahwa
ada kompetensi yang terlihat dan tersembunyi. Pengetahuan, lebih terlihat,
dapat dikenali oleh banyak organisasi dalam mencocokan orang terhadap
pekerjaan. Keterampilan, walaupun sebagian dapat terlihat seperti keterampilan
dalam membuat lembar pekerjaan keuangan, sebagian lain seperti keterampilan
negoisasi dapat kurang teridentifikasi. Akan tetapi kompetensi tersembunyi
berupa kecakapan, yang mungkin lebih berharga, yang dapat meningkatkan kinerja.
Sebagai contoh, kompetensi untuk membuat konsep hubungan strategis dan untuk
mengatasi konflik interpersonal, lebih sulit diidentifikasi dan dinilai.
Kompetensi yang ditetapkan di organisasi merupakan basis dari
berbagai aspek pengembangan sumber daya yang dimiliki, yang dikondisikan
sebagai upaya pendukung dalam pencapaian kinerja organsiasi, dengan keunggulan
kinerja merupakan modal penting untk mengantar organisaasi mencapai tingkat
keunggulan bersaing yang optimal dan efisien.
Metodologi
Analisis Kompetensi
Tidak seperti pendekatan tradisional untuk menganalisas
pekerjaan, yang mengidentifikasikan tugas, pengetahuan, keterampilan yang
berhubungan dengan suatu pekerjan, pendekatan kompetensi mempertimbangakan
bagaimana pengetahuan dan keterampilan tersebut digunakan. Pendekatan
kompetensi juga mencoba mengidentifikasikan faktor tersembunyi yang sering kali
sangat penting untuk kinerja superior. Pendekatan kompetensi menggunakan
beberapa metodologi untuk membantu supervisor mengidentifikasikan
contooh-contoh dari apa yang mereka maksudkan dengan sikap dan bagaimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi efektivitas kerja.
Menurut Mathis & Jackson beberapa metodologi tersedia dan
digunakan untuk menentukan kompetensi, pada umumnya dengan “behavioral event
interviews” yaitu terdiri dari proses sebagai berikut :
1. Suatu sistem senior manajer mengidentifikasikan
bidang-bidang hasil kinerja masa depan yang penting untuk rencana strategis dan
bisnis dari organisasi. konsep ini dapat lebih luas dari pada yang digunakan
dimasa lampau.
2. Grup panel dibentuk, terdiri dari orang-orang yang
berpengatahuan tentang pekerjaan-pekerjaan di organisasi tersebut. Grup ini
dapat beranggotakan baik pegawai yang berkinerja rendah maupun tinggi,
supervisor, manajer, trainer, dan lainnya.
3. Seorang fasilitator dari sumber daya manusia atau seorang
konsultan luar mewawancarai anggota panel tersebut untuk mendapatkan
contoh-contoh spesifik dari kelakuan pekerjaan dan kehadiran sebenarnya dalam
pekerjaan. Selama wawancara orang-orang tersebut juga ditanyai tentang pikiran
dan perasaannya selama setiap kejadian yang digambarkan.
4. Menggunakan kejadian-kejadian tersebut, sang fasilitator
membuat uraian rinci dari setiap kompetensi. Fase deskriptif ini harus jelas
dan spesifik, sehingga pegawai, supervisor, manajer dan lainnya dalam
organsiasi mempunyai pengertian yang lebih jelas mengenai kompetensi yang
berhubungan dengan pekerjaan.
5. Kompetensi-kompetensi tersebut diurutkan dan level yang
dibutuhkan untuk mencapainya diidentifikasikan. Kemudian kompetensi dirincikan
untuk setiap pekerjaan.
6. Akhirnya standar kinerja diidentifikasikan dan dihubungkan
dengan pekerjaan. Proses seleksi, pelatihan, pendidikan dan kompetensi yang
sesuai terfokus pada kompetensi ahrus dibuat dan diimplementasikan. Menurut
Mathis & Jackson, kompetensi yang digunakan dalam organisasi bervariasi
sekali.
Penerapan
Kompetensi Berdasarkan Fungsi Sumber Daya Manusia
Setiap oragansisi memiliki kompetensi yang berbeda, karena
belum adanya peryaratan standar untuk menempati suatu posisi, serta penetuan
pelatihan bagi sumber daya manusia belum sistematis maka aplikasi kompetensi
diprioritaskan berdasarkan fungsi sumber daya manusia di organisasi.
Menurut Mitrani, Dalziel, Fitt (1992); Spencer & Spencer
(1993), dari pemikiran para ahli dapat diidentifikasikan beberapa pokok pikiran
tentang kualitas yang perlu dimiliki orang pada eksekutif (executives), manajer
(managers), dan karyawan (employees) dalam penelitian ini yang dibahas adalah
mengenai kompetensi tingkat personil (dosen).
Kompetensi karyawan/ dosen diperlukan untuk mengidentifikasi
pekerjaan yang sesuai dengan prestasi yang diharapkan. Kompetensi tingkat
karyawan/ dosen meliputi :
1. Flexibility
Yaitu kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu
kesempatan yang menggembirakan ketimbang sebagai ancaman.
2. Information seeking, motivation, and ability to learn
Yaitu kemampuan mencari kesempatan belajar tentang keahlian
teknis dan interpersonal.
3. Achievment motivation
Yaitu kemampuan berinovasi sebagai peningkatan kualitas,
produktivitas.
4. Work motivation under time pressure
Yaitu kemampuan menahan stres dalam organisasi, dan komitmen
dalam menyelesaikan pekerjan.
5. Collaborativeness
Yaitu kemampuan pegawai untuk bekerja secara kooperatif di
dalam kelompok.
6. Customer service orientation
Yaitu kemampuan melayani konsumen, mengambil inisiatif dalam
mengatasi masalah yang dihadapi konsumen.
Referensi
http://sdm-teori.blogspot.com/2007/05/kompetensi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar